Proyek Siring Jadikan Banjarmasin Metropolis

Banjarmasin
Foto: Naturalis Expeditions

Pada era 1980-an hingga 1990-an, orang dengar Kota Banjarmasin, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan, bayangannya penuh dengan kekumuhan, khususnya di bantaran sungai, terutama di Sungai Martapura yang terlihat jelas di pusat kota ini.

Kesan kumuh itu bukan saja banyaknya tumpukan sampah di bantaran sungai, melainkan begitu banyak bangunan rumah permukiman penduduk yang terbuat dari kayu beratap daun rumbia tak beraturan tempatnya, bahkan bangunannya agak ke tengah hingga menyita kawasan sungai.

Belum lagi, di sana ini terlihat rumah-rumah lanting untuk "home industry" dan permukiman, juga terdapat jamban-jamban (WC terapung), bahkan tumpukan kayu galam dan kayu gergajian di beberapa lokasi.

Akan tetapi, sejak 10 tahun terakhir ini kondisi bantaran sungai tersebut berbalik 190 derajat, terlihat asri, penuh dengan taman-taman dengan aneka bunga, taman bermain, pohon-pohon penghijauan, lampu-lampu hias, toilet wisata, serta aneka fasilitas wisata lainnya, termasuk dermaga wisatanya.

Di lokasi itu pun terdapat panggung hiburan, lokasi pasar terapung, pusat kuliner aneka khas makanan lokal, seperti nasi kuning, pusat jajanan jagung bakar, dan banyak lagi kegiatan yang menggambarkan lokasi itu sebagai objek wisata di kota "seribu sungai" Banjarmasin ini.

Bahkan, di lokasi bantaran sungai juga terdapat fasilitas bangunan menara pandang sehingga jika orang masuk ke menara ini akan melihat Kota Banjarmasin kota sungai terindah Indonesia berpenduduk sekitar 800.000 jiwa ini dari atas.

Pemkot pun melengkapi kawasan bantaran sungai ini dengan monumen kera besar berwarna kuning kemerahan dan berbadan besar, yakni Monumen Bekantan (Nasalis Larvatus).

Semua tersebut tercipta berkat gencarnya Pemerintah Kota Banjarmasin melalui Kantor Dinas Sumber Daya Air dan Drainase (SDA) membangun proyek siring yang menjadikan kawasan tersebut menjadi wilayah "waterfront city".

Walau Kantor SDA sekarang berdasarkan aturan pemerintah hanya bidang di bawah Dinas PU, tidak menurunkan semangat pemkot untuk terus membenahi bantaran sungai melalui proyek siring.

Seperti diakui Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina saat dialog dengan penulis pada acara panderan gardu BanjarTV, pembangunan proyek siring merupakan prioritas untuk menciptakan Banjarmasin sebagai kota metpropolis.

Masalahnya, Banjarmasin tidak miliki apa-apa, seperti hutan, tambang, atau lahan pertanian, tetapi hanya memiliki sungai agar kota ini maju bagaimana sungai diolah untuk mendukung ekonomi masyarakat.

Dengan dasar pemikiran tersebut, Pemkot Banjarmasin didukung Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan pemerintah pusat dalam hal ini Balai Besar Wilayah Sungai Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bertekad membenahi bantaran sungai menjadi wilayah "water-front city".
 

Waterfront City

"Waterfront city" adalah konsep pengembangan kota di tepian air, baik itu tepi pantai, sungai, maupun danau. Pengertian "waterfront" dalam bahasa Indonesia secara harfiah adalah daerah tepi laut, bagian kota yang berbatasan dengan air, daerah pelabuhan.

Konsep "waterfront city" dikembangkan mengingat Kota Banjarmasin tergolong kota yang unik dibandingkan kota di mana pun karena terdapat sungai yang membelah kota ini dengan posisi meliuk-liuk.

Berdasarkan catatan, tak kurang dari 102 sungai membelah kota seluas sekitar 98 kilometer persegi ini sungai-sungai tersebut merupakan anak dari dua sungai besar, yakni Sungai Barito dan Sungai Martapura.

Sutjiono, warga Jakarta yang pernah ke Banjarmasin dalam kaitan pertemuan dengan direksi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih Kota Banjarmasin pernah berkomentar keberadaan sungai di Banjarmasin merupakan berkah.

Menurut dia, sungai di Banjarmasin jika dipelihara selain bisa menjadi sumber air baku untuk air bersih juga menjadi lokasi wisata.

Lihat juga kota Bangkok Thailand, Hong Kong, Nederland Belanda, Vinessia Italia, atau Singapura, sungai ditata sedemikian rupa hingga menjadi sebuah objek wisata yang menarik telah berhasil menciptakan kota tersebut sebagai kota tujuan wisata dunia.

Melihat kenyataan tersebut sebenarnya Kota Banjarmasin bisa mengejar kemajuan kota-kota ternama di dunia tersebut, tentu dengan memanfaatkan sungai dengan sebaik-baiknya.

Apalagi, Banjarmasin memiliki jumlah sungai yang melebihi dari kota-kota yang disebut di atas, sebenarnya memiliki kelebihan tersendiri, tinggal bagaimana pemerintah kota ini menciptakannya lebih menarik lagi.

Mulai 2008 Pembangunan proyek siring untuk mengubah bantaran sungai yang kumuh menjadi asri dan indah tersebut, menurut Muryanta, mantan Kepala Dinas SDA yang sekarang menjadi Kepala Kantor Perizinan Kota Banjarmasin itu, dimulai sejak jauh-jauh hari. Banjarmasin sudah memikirkan bagaimana kota ini menjadi metropolis dengan mengandalkan sungai tersebut.

Oleh karena itu, bertahap membenahi sungai, mulai dengan pembebasan beberapa lokasi bantaran sungai yang kumuh menjadi sebuah kawasan pertamanan yang indah.

Lihat saja tepian Sungai Martapura, baik yang di Jalan Sudirman, Jalan Piere Tendean, setelah dibebaskan dari permukiman kumuh, sekarang sudah menjadi kawasan wisata yang menarik dan menjadi ikon kota.

Kawasan yang akan dijadikan proyek siring di Banjarmasin tersebut sepanjang 5 kilometer, kawasan tersebut akan menjadi "waterfront city".

Di lokasi tersebut akan ditambah dengan fasiltas perkotaan berupa pusat kuliner, pusat cendera mata, pusat informasi wisata, pusat hiburan dan kedai-kedai atau kafe kecil yang menyemakan kota ini.

Pemkot Banjarmasin juga bertahap pembebasan tepian Sungai Kerokan, Sungai Teluk Dalam, Sungai Kuripan, Sungai Jalan Veteran, dan beberapa lokasi lain yang sudah menghabiskan dana tidak sedikit.

Belum lagi, pembangunan fasilitas berkaitan dengan kepariwisataan sungai tersebut, seperti penataan bantaran sungai dalam upaya menciptakan keindahan itu. Pembenahan sungai tersebut karena arah pembangunan berkelanjutan kota ini yang dicanangkan sejak 2009 adalah berbasis sungai.

Menurut dia, karena arah pembangunan berkelanjutan berbasis sungai, tidak ada pilihan lain selain bagaimana agar sungai-sungai yang banyak membelah kota ini bisa menjadi daya tarik ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat ke depannya. Pemkot juga membangun sejumlah dermaga pada titik strategis menghidupkan kepariwisataan sungai tersebut. Dermaga dimaksud juga mengembalikan kejayaan angkutan sungai Kota Banjarmasin, seperti lokasi siring sungai Jalan Tendean dan Ujung Murung.

Di Banjarmasin, terdapat 15 jembatan. Dengan demikian, kata Muryanta, dermaganya nantinya sebanyak 15 buah. Maksudnya dengan adanya dermaga dekat jembatan itu, akan memudahkan masyarakat bepergian ke mana-mana, baik melalui angkutan sungai maupun angkutan darat.

Mereka yang melalui angkutan sungai bisa singgah di dermaga dekat jembatan, kemudian bepergian lagi lewat angkutan darat ke mana mereka mau. Dengan demikian, menghidupkan angkutan sungai maupun angkutan darat.

Berkat dari upaya tersebut ternyata Banjarmasin sekarang ini sudah menjadi destinasi wisata yang diminati, bahkan tak kurang dari 5.000 pengunjung setiap minggunya mendatangi kawasan bantaran sungai yang dahulu kumuh yang menjadi menjadi kawasan wisata sungai.

Pemkot Banjarmasin pun bertekad menjadi kota ini sebagai kota terindah di Indonesia.
Previous Post Next Post

News Feed