Double Tenth Day Hari Jadi Taiwan 106 Tahun

Taiwan

Jakarta, 13/10 (Seotama) - Taiwan telah merayakan hari jadi ke-106 pada 10 Oktober yang diperingati sebagai "Double Tenth Day".

Dalam perayaan hari jadi nasional di tahun ini, pemimpin Taiwan yang baru memimpin satu tahun, yaitu Presiden Tsai Ing-Wen, menyampaikan pidato kepada masyarakat negara tersebut mengenai arti pentingnya kebebasan dan kemerdekaan.

Meski telah berusia lebih dari satu abad, Taiwan masih dibayang-bayangi tekanan dan ancaman yang datang dari saudara serumpun yang menjadi negara tetangganya.

Dalam pidatonya pada Selasa (10/10) itu, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen berjanji untuk mempertahankan kebebasan dan demokrasi negara dan memperingatkan bahwa Taiwan tidak akan tunduk pada segala bentuk tekanan.

Presiden dari Democratic Progressive Party (DPP) itu, menyampaikan ide tersebut dalam pidato nasional keduanya sejak menjabat pada Mei 2016.

Dia dan pemerintahnya pun masih mencari terobosan dalam hubungan dengan Beijing dan menjanjikan kebijakan yang konsisten serta stabil, seperti yang dikutip dari Reuters.

Tsai mengatakan warga negara Taiwan perlu mengingat bahwa demokrasi dan kebebasan adalah hak yang diperoleh melalui kerja keras dan usaha masyarakat Taiwan yang tak terhitung jumlahnya.

"Oleh karena itu, kita perlu menggunakan semua kekuatan kita untuk mempertahankan nilai-nilai demokrasi dan kebebasan Taiwan," katanya menambahkan.

Walau baru menjabat, Presiden Tsai telah melakukan sejumlah upaya positif dalam rangka membangun hubungan diplomatik yang lebih sehat dengan China.

Dalam beberapa bulan terakhir, Tsai malah berusaha memberi Beijing sebuah peta jalan di mana niat baik hubungan kedua negara dapat diperluas.

Pada berbagai kesempatan, Presiden Tsai telah berulang kali mengatakan bahwa niat baik dan janji pemerintahnya tidak berubah dan tidak akan masuk ke dalam gejolak atau konfrontasi yang telah berlangsung lama.

Namun, dia juga menegaskan bahwa Taiwan tetap tidak akan tunduk pada segala bentuk tekanan.

Presiden Tsai juga berjanji untuk terus melakukan reformasi domestik, termasuk menyangkut perumahan sosial, layanan kesehatan perawatan warga lanjut usia, dan reformasi peradilan. Pemerintahannya juga telah memberlakukan reformasi pensiun sejak beberapa minggu yang lalu.

Pada Juli, parlemen Taiwan menyetujui rencana stimulus infrastruktur yang bertujuan untuk meningkatkan permintaan domestik sementara menyeimbangkan kembali ekonomi dari ketergantungan yang besar terhadap ekspor.

Hubungan Indonesia Sikap dan iktikad Presiden Tsai dalam upaya menangkis tekanan dan memperkuat kemandirian juga tercermin pada aksi diplomatik dan hubungan kenegaraan yang dibawa para perwakilannya di negara-negara lain.

Hubungan tersebut, termasuk dengan Indonesia, di mana Kepala Kantor Ekonomi dan Dagang Taipei (TETO) di Jakarta John Chen pun menyampaikan butir-butir keinginan Taiwan untuk menjadi sebuah negara yang maju dan berdaulat.

Saat menyampaikan pidato dalam acara "Double Tenth Day" di Jakarta, Chen mengatakan bahwa kedaulatan Taiwan dapat dilihat dari kemajuan dalam berbagai bidang, terutama ekonomi dan pengembangan teknologi.

Taiwan, kata Chen saat mengawali pidatonya, telah mencapai berbagai kemajuan dan beberapa industri unggulan yang telah diakui dunia internasional.

Negara kepulauan ini pun berada di urutan keempat sebagai tempat tinggal dan bekerja bagi orang asing, bahkan menjadi urutan pertama dalam kebebasan pers di Asia.

Melalui Kebijakan Baru ke Arah Selatan atau "New Southbond Policy", Taiwan ingin berbagi atas kemajuan yang diperoleh bersama dengan negara-negara di kawasan.

Dalam kebijakan yang digulirkan Presiden Tsai tahun lalu ini, Taiwan pun turut membidik Indonesia dan berharap hubungan kedua negara berlangsung ke arah yang lebih baik.

Chen pun tidak memungkiri bahwa Indonesia merupakan salah satu pemain penting dalam kebijakannya tersebut, mengingat potensi sumber daya Indonesia yang begitu besar namun kurang tergarap secara maksimal.

Ia pun menginginkan kerja sama kedua negara berada pada jalur yang saling menguntungkan, seperti pada sektor pertanian, bisnis investasi perdagangan, serta yang tidak kalah penting adalah pemberdayaan sumber daya manusia.

Chen mengklaim terjadi peningkatan secara signifikan dalam nilai kerja sama kedua negara selama satu tahun terakhir.

Dalam semester pertama tahun ini saja, nilai investasi Taiwan di Indonesia mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat atau dua kali lipat besarnya jika dibandingkan dengan pada 2016.

Selain itu, Indonesia menikmati surplus sebesar 1,58 juta dolar Amerika Serikat dari perdagangan kedua negara selama 2016.

Di bidang pendidikan, sebanyak 69 pelajar dalam negeri menerima beasiswa dari pemerintah Taiwan, di mana jumlah tersebut meningkat ketimbang pada 2016 yang hanya 39 orang penerima.

Tentu pada masa yang akan datang akan menambah jumlah pelajar Indonesia yang mengenyam pendidikan di Taiwan. Saat ini jumlah pelajar Indonesia di Taiwan sekitar 5.000 orang, sekaligus berada di urutan ke-3 dari total pelajar asing terbanyak di Taiwan.

Pada program pembelajaran teknik, pemerintah Taiwan juga mendirikan sebuah sekolah teknik Formosa yang berada di Kota Tangerang, dengan memberikan pelatihan intensif yang bertujuan memberikan peluang memperoleh pekerjaan yang lebih besar bagi lulusannya.

Kerja sama di bidang agrikultur juga berjalan dengan baik, salah satunya dengan dikirimkannya 15 duta pertanian dari Taiwan ke Indonesia untuk bertukar ilmu dan mempelajari kondisi pertanian di dalam negeri.

Selain itu, sejumlah penandatanganan nota kesepahaman dengan perusahaan dalam negeri untuk pengembangan industri pertanian, seperti produksi beras, garam, gula, dan buah-buahan di Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali.

Chen pun berharap hubungan kedua negara dapat semakin baik dan memberikan perkembangan yang positif pada tahun-tahun mendatang. (S/An)
Previous Post Next Post

News Feed