Kesabaran Pengguna Internet Ditentukan Dalam Tiga Detik


Riset yang dilakukan situs pencari terbesar dunia, Google terhadap penelusuran di mesin penjejak informasi menunjukkan pengguna internet hanya mau menunggu sebuah situs terbuka dalam tiga detik, lebih dari itu dianggap lama, mereka pergi ke tempat lain.

"Lebih dari 50 persen akan keluar kalau loading lebih dari 3 detik," kata Manajer Pemasaran Google Indonesia, Muriel Makarim, saat memaparkan hasil riset Year in Search Insight for Brands 2018 di Jakarta, Rabu malam, (19/12, Antara).

Riset yang sangat penting dipahami penggiat pemasaran online dan mereka yang mengelola situs ini diperoleh berdasarkan data yang direkam dari Google Search dan dianalisa, ditambah dengan data dari lembaga riset pihak ketiga (third party).

Temuan Google, rata-rata sebuah situs di Indonesia memerlukan waktu enam detik hingga terbuka. Pengguna internet atau lazim disebut warganet, di Indonesia mayoritas mengakses internet hanya melalui gawai (gadget) ponsel, pergeseran yang cukup signifikan menurut Google Indonesia, dari yang mengakses ponsel paling utama lewat smart phone, menjadi hanya melalui ponsel.

Penetrasi ponsel ke konsumen di antara perangkat mobile lainnya mencapai 94 persen hingga konsumen di Indonesia mengakses internet hanya lewat ponsel. Dari data yang mereka himpun, 75 persen responden mengaku loading time atau waktu menunggu sebuah situs hingga terbuka adalah hal yang penting.  Sebanyak 66 persen ingin mudah menemukan informasi yang dibutuhkan di situs tersebut, sementara 61 persen responden ingin tampilan situs yang baik di gawai mereka.

Hanya 24 persen responden yang berpendapat tampilan sebuah situs harus menarik, 58 persen mengaku sebuah situs harus mudah digunakan.

Lemot atau lelet menjadi hal yang sangat menjengkelkan ketika berkunjung ke situs yang hendak dilihat, ujar Master SEO Indonesia, Charlie M. Sianipar, konsultan digital marketing di Jakarta, pendiri RAJASEO, digital agency di Jakarta Selatan.

Google juga menemukan bahwa perkembangan teknologi dan internet juga mengubah perilaku konsumen saat berbelanja, baik belanja daring (online) maupun datang langsung ke toko. Sebelum berbelanja, konsumen mencari informasi mengenai kualitas sebuah produk melalui ulasan, terutama dalam bentuk video.

Temuan ini diperkuat dengan kenaikan 1,4 kali dibandingkan tahun sebelumnya untuk kata kunci "review" pada situs video YouTube yang saat ini menjadi situs pencari kedua setelah Google.

Ketika ingin berbelanja, konsumen juga ingin mendapatkan produk berkualitas dengan harga terbaik melalui promosi yang ditawarkan, ditunjukkan dengan kenaikan kata kunci "kupon", "diskon", dan "promo" sebesar 3 kali lipat dalam dua tahun.

Calon pembeli juga ingin mendapatkan diskon saat berbelanja langsung ke gerai fisik, bukan hanya saat belanja online, karena mereka sering mencari informasi promosi apa yang akan didapatkan jika langsung datang ke toko.

Bukan cuma potongan harga, konsumen selama setahun terakhir mencari dengan kata "terdekat" saat ingin belanja agar mereka bisa dengan cepat mendapatkan produk tersebut.

Charlie M. Sianipar memberi contoh, calon pengguna jasa service laptop di Jakarta Selatan, dapat mengetik "service laptop terdekat", maka Google akan menyuguhkan tempat perbaigkan komputer di kawasan tersebut, dekat dengan lokasi pencari informasi. Bisa jadi Google akan merujuk ke www.versacom.id, karena lokasinya ada di Jakarta Selatan, tepatnya di Ambassador Mall. Hal tersebut bisa terjadi karena, situs website VERSACOM dioptimasi dengan dengan baik, mengaplikasikan SEO (Search Engine Optimization) dengan tepat.

Google Year in Search juga menyoroti pertumbuhan pembayaran secara non-tunai di Indonesia, mereka mencatat jumlah aplikasi teknologi finansial naik enam kali lipat sejak tahun 2010.

"Satu setengah kali kenaikan pencarian soal topik uang elektronik selama setahun terakhir, misalnya cara registrasi, cara isi ulang," kata analis industri Google Indonesia, Ariani Dwijayanti.

Ariani berpendapat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan lebih cepat karena didukung uang elektronik yang saat ini juga berkembang pesat dengan beberapa vendor, sebelumnya ekonomi digital di Indonesia didukung oleh e-Commerce dan aplikasi on demand. (SEOTAMA-Antara-N012).
Previous Post Next Post

News Feed