Sniper Cantik Joanna Palani Bunuh 100 Tentara ISIS


Sniper cantik, Joanna Palani mengklaim telah membunuh 100 militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menggunakan SVD Dragunov buatan Rusia. Selain itu, perempuan blasteran Denmark-Kurdi ini juga memakai senapan serbu AK-47 untuk menghabisi musuhnya. Tak heran jika Joanna diburu ISIS dan kepalanya dibanderol USD 1 juta atau sekitar Rp 14,1 miliar.

Pejuang anti-ISIS itu mengatakan alasannya bergabung dengan pemburu ISIS adalah untuk keamanan Eropa. Dia sempat mengeluarkan buku berjudul Freedom Fighter, Perangku Melawan Isis di Garis Terdepan Suriah.

Dalam buku tersebut juga menceritakan latar belakang keluarganya. Joanna mengatakan, setiap perempuan di keluarganya terobsesi dengan “rasa malu” dan tertekan karena perundungan kaum pria. Setelah memutuskan pendidikan di Denmark, Palani berlatih perang di Kobani, sebelah utara Suriah.

Pada 2014, Joanna bergabung dengan batalion YPJ. Selama berada di garis terdepan perang dan berburu anggota ISIS, dia mendapat pengalaman menyenangkan. Meski sempat memakan serangga dan teman-temannya mati di hadapannya, dia mendapat tantangan baru, yakni menjinakkan bom dan sabotase.

Bunuh 100 Tentara ISIS

Perempuan cantik berusia 22 tahun itu memiliki pengalaman yang bisa membikin nyali menciut, karena dia sudah membunuh 100 militan ISIS. Pejuang ISIS sangat mudah untuk dibunuh kata Joanna, Rabu, 8 Februari 2017.

Joanna yang meninggalkan studinya di Denmark dan memilih bergabung dengan pejuang anti-ISIS di pertempuran Irak dan Suriah dengan menjadi penembak jitu (sniper).

“Saya bersedia menyerahkan hidup dan kebebasan saya untuk menghentikan ISIS, sehingga semua orang di Eropa bisa aman,” ujarnya.

Selain menjadi penembak jitu, dia juga ikut membebaskan perempuan dan anak-anak yang ditahan dan dijadikan budak napsu militan ISIS. Setelah dibebaskan, mereka diajari untuk menjadi tentara dan melawan ISIS.

Mantan Pengungsi

Ayah dan kakek Joanna adalah pejuang Peshmerga. Dia lahir di kamp pengungsi PBB sebelum pindah ke Kopenhagen. Dia belajar mengokang senjata sejak usia sembilan tahun.

Dia mengatakan kehidupan berubah setelah berjuang di Irak dan dianggap teroris oleh negaranya, Denmark. “Tapi saya melihat sebagai teroris oleh negara saya sendiri,” kata Joanna.

“Saya tinggal di salah satu negara terbaik di dunia, namun saya mengalami kelaparan, menjadi tunawisma, meskipun saya bekerja, saya tidak mendapat kepercayaan siapa pun,” kata dia.



Previous Post Next Post

News Feed